hallo everyone !

Aku menyayangimu namun lebih menyayangi diriku sendiri :')

Lala mengenggam sepucuk surat bergambar hati yang baru saja dibacanya. Tak disangka ia mendapatkan sebuah surat dari cowok tampan, keren, dan populer disekolahnya. Mungkin selama ini Lala hanya sepintas mengenal Vicky, ya Vicky namanya. Cowok itu adalah teman satu SMP Lala. Vicky merupakan murid pindahan dari luar kota saat mereka menginjak kelas 3 SMP dan kebetulan sekarang mereka masuk di SMA yang sama.  Lala menghela nafas, dan berfikir, mana mungkin seseorang yang tak ia kenal bisa memberi sebuah surat juga mengajaknya bertemu? Untuk berkenalan langsung, berjabat tangan, saling memberi tahu nama satu sama lain saja tak pernah. Sama sekali tak pernah!
“Eh siapa tahu dia cuma mau nanya-nanya tentang pelajaran, belakangan ini tugas memang menumpuk, tapi masa iya sih, gue sama dia kan beda kelas, beda jurusan juga”. Lala membaca isi surat tersebut dengan berulang-ulang. “La, lo kok diem sih? Jangan bengong, jadi gimana nih, lo mau apa nggak tuh diajak ketemuan sama Vicky?” sambil mengernyitkan dahi Andrea mengintip isi surat yang berada ditangan Lala. “ah elo ngintip nih!” gerutu Lala.

***

Suasana sekolah saat itu mulai sepi, semua murid berhamburan menuju gerbang sekolah, namun tak dengan gadis berdarah sunda ini, angin sepoi-sepoi membuat rambut hitamnya terurai kebelakang bak adegan-adegan di iklan shampo, ia berjalan melewati koridor kelas X IPA 2, kemudian mengintip jam merah jambu yang berada ditangannya. “Mana nih si Vicky, katanya ada yang mau diomongin di taman sekolah, kok belom keliatan orangnya?”. Sambil menunggu Vicky, ia pun duduk di bangku taman melongok ke arah kiri dan kanannya. Namun tiba-tiba Vicky muncul dari belakang. Lala kaget namun beberapa detik kemudian mereka saling melempar senyum. “eh, hai la, sorry gue tadi abis dari toilet, udah nunggu lama ya?” ucap Vicky sok akrab. Gadis manis itu hanya menggelengkan kepala pada laki-laki yang ada di depannya tersebut seraya memainkan jemarinya. Dag...dig...dug... ”aarrgggghhh! Gue kenapa sih? Gue kok tiba-tiba ngerasain perasaan aneh kaya gini? Kenapa sih gue?” ucap Lala dalam hati. “La, pasti lo bingung kan kenapa gue ngajak lo ketemuan disini? Gue bukan orang yang suka basa basi la, tapi sebelumnya gue minta maaf kalo gue udah lancang ngajakin lo ketemuan tiba-tiba kaya gini, tapi serius deh gue pingin bilang....” ucap Vicky terbata-terbata. Ia kemudian menoleh kearah Lala, memperhatikan cewek yang sedang duduk manis didepannya. “Bilang apa Vick, ayo bilang apa?” Lala menyaut perkataan cowok lesung pipi yang ada di hadapannya, namun tetap berbicara dalam hati. Lala menaikkan alis tanda tak sabar menunggu kalimat yang akan diucapkan Vicky selanjutnya. “Sebenarnya udah cukup lama gue pendam perasaan ke lo Lala, lo pasti bertanya sejak kapan, dan kenapa gue bisa suka sama cewek yang sama sekali gak gue kenal deket kan? Lo juga pasti bingung dengan perkataan gue, dan nganggep gue bercanda, bahkan mungkin nganggep gue gila? Vicky tersenyum kecil. “Gue cuman pengen bilang, lo mau gak jadi cewek gue la?” Wajah Vicky berubah tampak sedikit serius, menatap wajah Lala dalam-dalam. “ehm, iya, itu yang mau gue tanyain, sebenarnya gue bingung juga sih Vick, mau bilang apa dan jawab apa, tapi boleh gak gue jawab pertanyaan lo nanti, tapi lo tenang aja, pasti gue jawab kok, kasih waktu tiga hari buat gue berfikir”. Lala dengan santai meminta pengertian pada Vicky, kemudian Vicky mengangguk, dan melempar senyum kepada Lala. Tak kenal maka tak sayang, namun peribahasa tersebut tak berlaku lagi bagi Vicky, bahkan antara setengah percaya dan tidak percaya di jaman yang sudah mulai gila ini ada seseorang yang menyatakan cinta pada orang asing, sebut saja memang asing.

***

Akhir-akhir ini Lala memang disibukkan oleh pacar barunya, memang bukan bertemu dan berkencan selayaknya muda mudi menjalani kasih, namun pikirannya itulah yang telah disibukkan oleh Vicky. ANEH! Baru menjalani pacaran selama seminggu saja hati Lala bisa luluh oleh Vicky, pada kenyataannya Vicky tak semudah yang dipikirkan Lala sebelumnya. Vicky bukan orang romantis, bahkan dia cowok yang terbilang dingin, tapi Lala orang yang berpegang teguh pada keputusan yang telah diambilnya, ia akan mencintai Vicky sepenuh hati.



Seperti Jumat-Jumat sebelumnya, murid perempuan di SMA Lala mengadakan keputrian yang dibuat oleh seluruh anggota OSIS. Lala duduk berada persis disamping Andrea. “La, sepulang sekolah nanti, lo kerumah gue dulu ya, Vicky nungguin lo dan katanya ada sesuatu yang pengin dia sampein ke lo”. Andrea berbisik pada sahabatnya. Lala menoleh ke arah Andrea kemudian mengangguk. Andrea memang sudah megenal Vicky jauh sebelum Lala berpacaran dengan Vicky, bahkan bisa dibilang dia adalah mak comblangnya Lala dan Vicky.

Hari ini adalah hari Valentine, walaupun Lala bukan tipe cewek yang suka merayakan hari Valentine tapi dia tahu betul jika ada cowok yang mengajaknya bertemu di tanggal 14 Februari mungkin saja cowok itu bermaksud memberi sebuah hadiah padanya. Ia tak begitu mendengarkan pembicara pada keputrian kali ini, ia hanya baru memikirkan kejutan apa yang akan Vicky berikan padanya. Bunga? Cokelat? Atau sebuah boneka teddy bear yang menggemaskan? Kita lihat saja nanti, pikirnya.

***

“Apa? Kamu gak serius kan? Kamu lagi bercanda kan Vick?” Lala menahan airmatanya agar tak terlihat cengeng di depan Vicky. “Maafin aku, tapi ini yang terbaik, biar gak ada yang saling tersakiti karena hubungan kita” ucap Vicky. Saat itu Andrea menjadi saksi bisu ketika Lala diputuskan oleh Vicky. Tapi Lala benar-benar belum terima kejadian ini. Kenapa ia harus mengerti perasaan oranglain sedangkan perasaannya sendiri tersakiti? Kenapa harus ada “dia” diantara Vicky dan Lala. Vicky tak tahan membendung air matanya, ia kemudian menyembunyikan airmata yang menetes dan bersembunyi dipangkuan Vicky, cowok itu mengusap rambut Lala pelan. “aku sayang kamu, tapi aku sayang temenku juga, kita udah lama berteman, dan aku rasa kalau kamu berada di posisi aku sekarang kamu bakal ambil keputusan sama kayak aku saat ini, tolong kamu ngerti”. Vicky memasang wajah sedihnya, namun Lala lebih sedih dibanding dirinya. “kenapa aku harus mengerti perasaan temen kamu? Kalau begini caranya kenapa kamu bisa ngajak aku pacaran? Sekarang saat aku mulai sayang sama kamu, dia muncul tiba-tiba dan merusak hubungan kita, aku dan kamu! Kenapa?” Lala terisak dan perkataannya mulai tak dimengerti karena suaranya sudah melemah, hatinya hancur. Jika bisa ia memutar waktu, ia memilih untuk tidak berpacaran dengan Vicky. “Maaf, aku pun baru tahu kalau Radit suka kamu saat kita mulai pacaran, tapi kalau kamu memang ngotot untuk mempertahankan hubungan kita, apa boleh buat? Mari kita coba dengan pacaran diam-diam dan yang tahu hanya aku, kamu, dan Andrea.

***

Semenjak saat itulah Lala dan Vicky menjalani hubungan diam-diam, mereka selalu bertemu diluar sekolah, kadang Vicky mengajak Lala pulang bersama-sama jika semua teman-temannya sudah pulang lebih dulu. Selalu seperti itu selama satu setengah tahun lamanya. Tak ada satu orang pun yang mencurigai hubungan mereka, termasuk teman dekat Vicky yang sangat menyukai Lala. Vicky tidak ingin bertengkar dan berdarah-darah hanya karena wanita, menurutnya hal tersebut terdengar begitu lucu jika sampai terjadi.
“La, aku sayang banget sama kamu” bisik Vicky. Ucapan itu seperti petasan nyaring yang meledak ditelinganya. Lala senang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Vicky. Cowok itu jarang sekali mengeluarkan kata-kata manis pada Lala. “Aku lebih sayang kamu, Vick”. Jawab Lala seraya menutup telepon genggamnya. Lala pun bersender ke tempat tidurnya, sambil melihat foto Vicky yang terpampang sebagai walpaper di handphonenya.
Apapun akan dilakukan Lala walau harus menyimpan hubungan seperti ini, harus diakuinya bahwa ia begitu tersiksa tapi Lala terus bertahan. Ia percaya Tuhan telah mempersiapkan hal-hal baik untuknya, seribu bahkan berjuta kebahagiaan untuknya kelak.

***

Siang itu Lala dan Andrea usai melaksanakan pelajaran olahraga, tampak kulit putih Lala memerah bersama rambut hitamnya basah oleh keringat. Tiba-tiba Alya memanggil Lala, tangannya memberi petunjuk agar Lala menghampirinya. Dengan cepat Lala berlari disusul Andrea dari belakang. “eh la, lo udah putus ya sama Vicky?” muka polos Alya memberikan ciri khas tersendiri membuat Lala tertegun dengan pertanyaan tersebut. “ah hehe ah iya, kenapa? Kok lo nanyain itu sama gue? Tumben amat al”. Lala melontarkan senyum salah tingkahnya. “enggak apa-apa sih, cuman kemarin gue lihat si ganteng bawa mobil kearah perumahan gue” Lala mendengarkan pembicaraan Alya sambil mengelap keringat yang berada di jidatnya. “terus?” balas Lala. Mendengar perkataan Alya dirinya seperti terbakar matahari yang berjarak 10 centimeter darinya, panas. “eh eh yuk, la ganti baju nanti kita dihukum Bu Dwi loh kalau masih pakai baju ini” Andrea kemudian menarik tangan Lala.

***

Lala merenung di kamarnya. Malam itu perasaannya bercampur aduk. Apa yang harus ia lakukan untuk perjuangan yang begitu sia-sia seperti ini? Lala meraih telepon genggam dan menelepon Vicky. “halo Vick, aku mau bicara sama kamu, sebenarnya...” Vicky memotong pembicaraan Lala. “kenapa La, malem-malem kok kayaknya sedih banget gini? Cerita sama aku ya sayang”. Nada manis Vicky membuat hati Lala bagaikan terbelah pedang tajam, sakit! “Aku mau kita putus Vick, berenti bilang sayang sama aku, aku muak, aku udah tahu alasan kamu selama ini minta kita berhubungan secara diam-diam, itu karena kamu udah mendua, kamu pacaran lagi sama cewek yang jelas-jelas saudara dari Andrea, kemarin Alya liat kamu anterin dia pakai mobil kamu dan mesra-mesraan sama cewek itu. Kenapa kamu tega sama aku? Kamu itu ternyata...ya tuhan, kata apa yang pantas aku lontarkan sama kamu selain BAJINGAN!”. Lala menutup telepon, amarah menguasainya saat itu tanpa membiarkan Vicky membela diri. Lala hampir gila, Andrea teman baik yang ia percayai telah menyembunyikan hal ini darinya dan Vicky lelaki yang sangat ia cintai menghancurkan hatinya seperti ini.
Berjam-jam Lala menangis dibawah bantah kesayangannya, kemudian handphonenya berbunyi, ia membaca sebuah pesan singkat dan semakin menangis.
“MAAFIN AKU, LALA! AKU KHILAF, AKU MEMANG COWOK BAJINGAN SEPERTI YANG KAMU BILANG”.
Ternyata selama ini Radit hanyalah tameng belaka. Ia baru mengetahui bahwa awalnya Vicky dan Radit menjadikan Lala pertaruhan mereka. Radit memang menyukai Lala, tapi Radit bukanlah masalah besar. Kenyatannya Vicky lah masalah besarnya.
Dan dengan Andrea? Bagaimanapun juga Andrea adalah sahabat baiknya. Lala hanya berbesar hati pada Andrea, ia tidak ingin mengungkit hal pahit itu. Mungkin Andrea memiliki alasan tersendiri mengapa ia merahasiakan hubungan Vicky dengan saudaranya tersebut, bukan karena ia terlalu pengecut. Andrea hanya tidak ingin Lala terluka sehingga membiarkan sahabatnya mengetahui hubungan terlarang Vicky bukan dari mulutnya sendiri. Pantas saja dulu Andrea selalu bertanya padanya apakah Lala mampu menjalani hubungan seperti ini dan apakah iya bahagia bersama Vicky? Selalu dan selalu jawaban Lala sama “lo gak usah khawatirin gue, Vicky cowok baik dan gue bahagia sama dia”. Lala memang sayang pada Vicky, tapi dia lebih sayang pada dirinya dan membiarkan Vicky berlalu dengan kenangan-kenangan yang pernah ia lalui bersama agar dirinya tak terluka lagi, lagi, dan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar