“Deg-degan sih enggak, ya mungkin gue gak biasa aja kopdar
kaya gini, sa” ujar Kanya pada Risa. ia tak berkomentar dan malah sibuk dengan
handphonenya. Beberapa menit kemudian Delta dan Bakti (pacar Risa) datang
menghampiri dua dara manis yang sudah sedari tadi menunggu kedatangan mereka. Setelah
melemparkan senyum dan bertegur sapa satu sama lain mereka berempat menuju
tempat makan disebuah mall di pusat kota Bandung. Suasana malam itu sedikit
kaku, tak banyak yang Delta dan Kanya perbincangkan, hanya sesekali bertanya
lalu kembali terdiam, dan melanjutkan makan. Kalaupun ngobrol, Kanya hanya
mengajak Risa atau Bakti, bukan Delta. Mungkin karena ini pertemuan pertama
mereka. Risa pun berusaha mencairkan suasana, ia meraih handphonenya. “kanya, ayooo
lo sama delta foto dulu ya, buat kenang-kenangaaan”. Delta mendekati cewek
cantik itu agar posisi mereka tidak berjauhan.
****
Kanya yang sedang berusaha memejamkan mata, terbangun ketika
mendengar getaran dari sebuah telpon genggam. Ia meraba meja dan mengambil
benda itu. Ekspresinya datar ketika tau Delta yang baru saja mengirim sms. “Sa,
gue gak suka sama Delta, serius deh. Perasaan gue datar pas ketemu dia, gak
ngerasain apa-apa sama sekali, dan kalo diliat-liat, dia bukan tipe gue sa, dia
emang baik, tapi...”. Kanya memalingkan pandangannya kearah Risa, dan lagi lagi
Risa mengacuhkan Kanya karena ia sudah tertidur pulas sambil memeluk guling.
****
Kanya membereskan barang-barang, dan memasukkan ke sebuah
tas besar. “Sebelum gue balik ke Jakarta, Delta pengen ketemu gue dulu, gimana
sa?” Kanya menarik napas dalam-dalam, ia tahu betul pertemuan kedua setelah
malam kemarin tak akan merubah perasaannya. “ya udah kita datengin ke kantornya
aja yuk? Tanpa basa basi Risa menarik tangan Kanya. Ia tak melakukan penolakan,
Kanya terlihat pasrah. ‘Gue gak bisa move on gitu aja , Risa. Lo gak akan
ngerti perasaan gue, disini masih ada seseorang. Ujar Kanya dalam hati, hati
yang teramat hancur dan entah siapa yang bisa membetulkannya.
****
Tiga bulan mengenal Delta, tak seharipun Kanya kehilangan
komunikasi dengan cowok berdarah sunda itu. Tentunya lewat telpon dan sms, Delta
tak pernah absen mengingatkan makan, ataupun menanyakan keberadaan Kanya.
Semacam sudah menjadi kebiasaan. Tapi Kanya tak pernah memiliki perasaan yang
lebih atau berusaha membuka hati pada Delta. Rencananya Kanya akan pergi ke
Bandung bulan depan. “ gue welcome sama dia, bukan berarti gue suka!” ucap
Kanya ketus. Risa tertawa mendengar Kanya berbicara seperti itu. “pokoknya
bulan depan gue tunggu di Bandung ya beib, gue pengen ajak lo jalan-jalan lagi,
samaa...” Kanya memotong pembicaraan Risa “sama Delta maksud lo? Pokoknya gue
sama dia cuman temen, dan gak AKAN pernah jadi lebih dari itu! Udah ah gue ngantuk”
Ia pun langsung menekan tombol merah di handphone, memutuskan obrolan sambil memasang wajah
kesal. “Si Risa tuh apaan sih, denger gue makin deket sama tu cowok, kenapa
nganggepnya kita bakal jadian!” ia melemparkan badannya ke kasur. Suara AC menemaninya
sampai tertidur lelap.
****
Setelah pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan pertemuan-pertemuan
lainnya, Delta menyatakan perasaannya, lewat telpon. “Aku suka kamu Kanya, kamu mau gak jadi pacar aku? Aku bener-bener suka
kamu”. Pertanyaan itu keluar dari mulut Delta. Mata Kanya terbelalak, tapi ia
hanya diam dan tak menjawab semua perasaan Delta. ‘ada apa sih sama gue, gue
gak tau gue suka apa nggak sama dia, tapi gue suka perhatiannya ‘ gerutu Kanya
dalam hati. Kanya tak pernah memberikan kepastian kepada cowok itu. Ia menggantung
perasaan Delta yang tulus padanya.
****
Terlalu sering Delta mengungkapkan perasaan, dan sesering
itupula Kanya mengacuhkan tanpa memberi jawaban. Ia bingung tentang
perasaaannya. Perasaan yang dulu pernah dihancurkan oleh seseorang . karena itu
Kanya mulai berhati-hati pada siapapun yang berusaha mendekatinya. Dan sampai
ia tersadar bahwa entah mengapa akhir-akhir ini Delta jarang memberi kabar. Ia
merasa kehilangan. Beberapa bulan ini Delta yang selalu memberinya perhatian,
walaupun dari kejauhan. “risa, si Delta kemana ya? Kok gue sms jarang bales,
gue telpon pun gak pernah diangkat” ucap Kanya yang terlihat cemas. “Gue gak
tahu ka, gue juga udah lama gak denger kabarnya” kata seseorang bersuara lembut
diujung sana. Oh yaudahlah, ntar gue telpon lo lagi deh, kalo udah dapet kabar
langsung hubungin gue, thanks” Kanya mematikan telpon.
****
Seminggu setelah Kanya menanyakan kabar Delta pada
Risa, ia tak lagi menghubungi Delta, membiarkan cowok itu menghubunginya lebih
dulu. Berfikir positif aja, mungkin Delta sedang sibuk dan tidak ingin diganggu
oleh siapapun. ‘kamu kenapa sih? Udah 2 minggu loh kamu gak ada kabarnya, tapi
kamu baik-baik aja kan?’ Kanya membaca isi smsnya berulang-ulang, semua sms darinya
tak ada satupun yang tidak terkirim. Tanpa disadari Kanya merasa kesal juga
khawatir, diam-diam ia menyukai cowok
itu. Hari-hari yang dilaluinya terasa berat tanpa perhatian dari Delta. Telpon
berdering memecah lamunan Kanya. “hallo, iya sa, kenapa?”Mengerutkan dahi.
“emh, gue...emh ada yang mau gue omongin sama lo” Risa berbicara dengan terbata-bata
“sebenernya gue tahu kenapa Delta kayak gini, karena sekarang dia....” mendengar
pembicaraan Risa seperti itu membuat Kanya sedikit kesal , ia penasaran
terhadap apa yang akan dibicarakan oleh sahabatnya itu “apa sa, apa? Ngomong
aja gak apa-apa”. Ujar Kanya dengan nada tak sabaran. “delta bilang sama gue
kalo dia balikan sama mantannya, dan nyuruh lo buat jauhin dia. Jangan hubungin
Delta lagi, dulu lo gak pernah ada kepastian sama dia makanya dia mutusin
pergi. Kenyataan pahit tersebut membuat hati Kanya teriris. Hati yang
pernah hancur itu pernah akan kembali
utuh, oleh seseorang yang berusaha membetulkannya, tapi kenyataan tak semulus
yang diharapkan, hati Kanya malah semakin hancur, dan lebih sakitnya lagi, ia
harus merelakan Delta menjadi milik oranglain. “ini salah gue, sa” Kanya
menahan tangisnya. “nggak, kalo aja gue gak jodohin lo sama Delta, mungkin
kejadiannya gak akan kaya gini, maafin gue ya Kanya. Maaf”. Kanya terdiam, ia
menyesali perbuatan bodohnya, kalau saja ia tak senaif ini untuk mengakui
perasaannya pada Delta. Kalau saja....
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar